Wednesday, April 1, 2015

#KampusFiksi12 - Pengalaman Keren!

0

Waktunya curhat.

Jadi, #KampusFiksi adalah suatu event pelatihan menulis yang diadain oleh Penerbit Diva Press. Asalkan lolos seleksi, kalian bisa ikut. Biayanya? Gratis! Cukup bayar tiket perjalanan aja, sih. Sisanya dibayarin, termasuk tempat tinggal di asrama #KampusFiksi, makan, sampai puluhan buku.

Jujur, awalnya aku nggak nyangka bisa lolos seleksi #KampusFiksi. Aku yang masih SMA harus bersaing dengan hampir 900 cerpen lainnya, dengan judul yang keren-keren dan teknik yang juga pasti lebih kece. Yang ironis, temanku yang ngasih tahu tentang acara ini justru nggak lolos. Aku jadi ngerasa nggak enak gitu. Awalnya, giliranku di #KampusFiksi angkatan 20. Tapi, karena kebelet pengin ikut dan kebetulan ada kursi kosong, aku pun minta pindah ke angkatan 12. Setelah nyelesaikan prosedur, jadilah aku peserta #KampusFiksi12 tanggal 28-29 Maret 2015!

Pada suatu hari Aku mulai berangkat dari Stasiun Gubeng Surabaya di hari Jumat, 27 Maret 2015. Bela-belain buat bolos sekolah dua hari demi ikutan acara ini. Selama di kereta, aku terus bayangin bakal gimana serunya #KampusFiksi12. Gara-gara itu juga, aku nggak bisa tidur sama sekali.

Sekitar jam dua belas, kereta merayap dengan mulus, lalu berhenti. Ternyata udah di Stasiun Tugu Yogyakarta.
Menapak Yogyakarta~
Oke, kita lanjut. Selama setengah jam, aku nungguin di stasiun. Duduk-duduk di kursi kayak bocah hilang. Asli nggak bohong. Jam satu siang, sopirnya Kampus Fiksi nelpon aku buat nyuruh ke luar stasiun. Di luar, aku muter-muter nggak jelas nyariin orangnya. Tambah kayak bocah hilang, nih.

Mendadak, ada mas-mas yang nyamperin dan langsung nyeletuk, "Peserta Kampus Fiksi, bukan?"
Aku pun bilang iya, dan langsung masuk ke mobil. Di dalem mobil ada tiga orang: aku, sopir yang ternyata namanya Mas Kiki, dan Mbak Inraini.

Sampai di sana, udah ada beberapa orang, termasuk para editor. Aku langsung kenalan sama semuanya. Salah satu kalimat yang paling aku ingat waktu itu seperti ini, dari Mbak Ve: "Kelahiran 1998? Wah, itu kan waktu Perancis menang Piala Dunia!" Iya deh iya.... Sejak itu, banyak juga yang bilang aku unyu-unyu. Idih! Unyu dari mana, sih? Secara di sekolah aku belum pernah dibilang unyu-unyu.

Hari itu, peserta #KampusFiksi12 mulai datang satu per satu. Yang aku kenal sejak sebelum #KampusFiksi12 itu cuma Mbak Alfy, kenalnya dari lomba menulis akhir tahun lalu. Sisanya? Belum kenal.
Nama
Kota Asal
Alfy Maghfira
Tasikmalaya
Atika
Yogyakarta
Ayu Pinaringan Wilujeng
Lamongan
Ayuningtyas Kurniawati
Tulungagung
Christopher Salim
Surabaya
Dhinar Dewi Istini
Sukoharjo
Eka Annisa
Jakarta Selatan
Fajriatun Nur Hidayati
Banjarnegara
Frida Kurniawati
Yogyakarta
Hanif Irhamna Kuswiningtyas
Bandung
Indiana Malia
Yogyakarta
Inraini Fitria Syah
Manado
Ismi Aliyah
Bandung
Mega Kahdina
Surabaya
Putri Lestari
Kudus
Rahmat Fadhilah
Padang
Rissa Pradeski
Sleman
Rizki Maretia Novi Barus
Yogyakarta
Serli Evidiasari
Malang
Tika Kurniawati
Sleman
Tri Cahyono Fakhri
Kudus
Ummu Rahayu
Sampit
Wawan Sidik Supranowo
Kebumen
Peserta #KampusFiksi12 kemarin. Totalnya ada 23. Rahmat Fadhilah ini bisa dibilang peserta termuda. Dia masih kelas 1 SMA. Aku sendiri peserta termuda kedua, masih kelas 2 SMA. Peserta yang lain masih kuliah, meski ada juga beberapa yang udah lulus. Pokoknya, background kami berbeda-beda.

Satu hal yang bikin plot twist di hari kedatangan, aku akhirnya ketemu admin Twitter Kampus Fiksi. Ceritanya, iseng-iseng tanya ke salah satu orang, "Udah pernah ikutan tantangan nulis di Twitter?" Ia garuk-garuk kepala, bingung mau jawab apa. Ketahuan, deh! Astaga, nggak nyangka kalau itu orangnya. Secara beda banget kalau di Twitter sama di aslinya. Kalau di Twitter galak banget, padahal aslinya ada sisi ramah.  

Lanjut ke hari pertama #KampusFiksii12, tanggal 28 Maret. Tiap peserta kudu ngenalin diri masing-masing. Entah kena apes apa, aku disuruh ngomong pertama. Duh, gugup. Belum siap. 

Setelah kelar, #KampusFiksi12 resmi dibuka sama Mbak Rina, dengan penyerahan kartu member secara simbolik. Sekitar jam 8.30, kami disuruh untuk brainstorming. Iya, nyari ide untuk outline cerpen dengan tema yang udah ditentuin. Tema kali ini tentang karma. Dalam hati, aku udah mau nyanyi "Pusing Pala Barbie" pelan-pelan. Tapi mengingat waktunya nggak banyak, mending langsung nyari ide cepet-cepet, deh. Akhirnya ide pun jadi, dengan mengambil dua sudut pandang dan tentang air. Cerpennya bakal nyusul dipajang di blog, ya.

Brainstorming kelar, masih ada penjelasan tentang teknik kepenulisan. Pak Edi yang merupakan CEO Diva Press bagiin teknik-teknik tentang kepenulisan secara lengkap, mulai dari alur, penokohan, konflik, ending, dan lain-lain. Banyak banget! Beberapa penjelasan membekas banget di pikiranku, di antaranya: 

"Bebaskan kata dari makna."

"Buatlah outline sebelum menulis."

Masih ada banyak lagi. Pokoknya, acara itu diteruskan dengan sesi ishoma. Jam 13.00, acara dilanjutkan dengan sesi praktik menulis cerpen bersama mentor. Ini yang aku tunggu-tunggu! Kapan lagi bisa diskusi sama para editor Diva Press? Kelompokku dimentorin sama Mbak Ayun, editor yang udah pernah nerbitin novel yang berjudul “Hamdim Pistim Yandim”. Intinya, outline cerpen yang sudah kami buat harus dibuat dalam bentuk cerpen utuh dengan durasi 3 jam.

Jam 16.00, tulisan sudah jadi semua. Kelihatan jelas kalau wajah para peserta lega banget, habis nyelesaiin cerpen dalam sekali duduk. Aku juga lega, soalnya nggak pernah nyelesaiin cerpen dalam sekali duduk. Lalu, ishoma lagi~

Waktu istirahat, mendadak ada yang ngajakin aku foto bareng. Aku membatin, "Siapa sih orang ini? Kok rasanya bukan peserta #KampusFiksi12, ya?" Nah, sejak itu aku sering dijodoh-jodohin sama orang itu. Astaga.

Benar aja, memang bukan. Namanya Mbak Mini GK, yang merupakan alumni #KampusFiksi. Tugas Mbak Mini apa? Promosi buku-bukunya Ngajak kami semua diskusi tentang kepenulisan. Yang aku inget dari kata-katanya, "Buatlah kalimat seksi." Apaan coba?! Lol. Tapi keren banget kok kalimat seksi itu, bisa memukau pembaca. Selebihnya, beliau nyetel film pendek yang isinya quotes-quotes dari novel terbarunya: "Pameran Patah Hati". Tuh kan, promosi juga akhirnya.

Setelah itu, evaluasi cerpen satu per satu. Cerpen kami yang masih bolong-bolong dibedah secara lengkap. Untuk cerpenku, masih ada kesalahan pembagian letak konflik, logika setting, dan judul. Mukaku rasanya panas waktu denger apa aja yang kurang, saking malunya. Tapi nggak masalah, aku suka kalau belajar dari kekurangan.

Hari kedua, para peserta udah mulai nggak jaim. Buktinya, suasana acara jauh lebih cair. Mulai dari materi keredaksian, pasar buku di Indonesia, self-editing, evaluasi cerpen, sharing tips menulis, sampai bimbingan online. 

Pembicara buat materi keredaksian ini namanya Mbak Munnal. Pokoknya, di sini dibahas tentang gimana sih kriteria naskah yang layak dikirim ke Diva Press. Baru aja ngajuin satu pertanyaan, seruangan langsung kayak guntur. Duh, apa salah gue? Lol.

Untuk sesi pasar buku, Mas Aconk pembicaranya. Ini sampai membuat kami sadar kalau idealisme nggak bisa selalu menang. Harus perhatiin pasar juga. Selain itu, dijelaskan juga kalau tiap buku punya target jumlah jual masing-masing. Kalau nggak memenuhin, ya best-seller. Best-seller di gudang maksudnya.

Masih ada sesi “pura-pura jadi editor”. Mbak Ajjah ngajarin kami untuk melihat keutuhan cerita waktu ngedit, nggak cuma terlalu fokus di tanda baca dan diksi. Baru tahu.

Setelah itu, ada sesi evaluasi cerpen oleh Pak Edi sendiri. Cerpen terbagus dari semua peserta #KampusFiksi12 saat nulis 3 jam kemarin jatuh pada “Kecoak Tak Berguna?” yang ditulis oleh Mbak Frida. Waktu baca cerpen itu di layar, aku nggak kaget kalau itu kepilih. Diksinya keren! Twist-nya juga ada. Temanya juga unik.

Hari ini, mungkin kami termasuk orang yang beruntung. Iya, siang itu #KampusFiksi12 kedatangan tamu spesial. Namanya Agus Noor. Beliau itu cerpenis yang udah kondang, walaupun aku baru aja denger. Di sini, tips-tips yang unik dibagikan, misalnya:

“Pikirkan apa yang orang lain tidak pikirkan.”

“Buatlah karakter yang unik dulu. Setelah itu, ciptakan alur berdasarkan karakter tadi.”

Pokoknya, setelah itu kami foto bareng Pak Edi dan Pak Agus Noor. Kesempatan langka banget.

Yak, lanjut ke materi terakhir! Bimbingan online ini disampaikan oleh Mbak Rina. Judulnya udah jelas. Peserta yang memang minat ikut bimbingan via surel harus mengirimkan tema, outline, sinopsis, dan bab 1. Kalau di-acc, silakan menulis sampai tuntas dengan bantuan Mbak Rina. Deadline bimbingannya 4 bulan. Nggak ada batasan waktu kapan mau mengirim. Asalkan alumni #KampusFiksi, sah-sah aja buat ikut.

Oke, materi selesai. Waktu istirahat ini, rasanya kegilaan peserta #KampusFiksi12 mulai klimaks. Mulai berani selfie sebanyak-banyaknya sampai beberapa lupa mandi! Lol. 



Selain itu, aku juga masih inget kata-kata Mas Trice dan Mbak Rizma, kurang lebih kayak gini:

“Mumpung masih SMA, nakal aja ndak papa. Soalnya masa SMA itu nggak bakal terulang lagi.”

Yah, ada benernya juga.

Pokoknya, kami ngobrol dengan topik random gitu. Suasana udah cair banget. Rasanya kayak udah lama kenal.

Ada satu lagi. Setelah foto-foto, aku ketemu dengan alumni Kampus Fiksi angkatan pertama yang namanya Dimas Joko. Pria asal Jogja ini udah berpengalaman banget menulis, termasuk masuk 10 besar GWP Batch 2 di awal tahun 2015. Aku akuin, gaya nulisnya yang nyastra emang kece. Kami ngobrol tentang banyak hal. Banyak juga yang bisa kupelajari dari beliau.

Tinggal penutupan aja. Pak Edi bicara panjang lebar. Makna kalimat-kalimatnya dalem banget, sampai rasanya kata-kata itu udah dipaku di otakku. Salah satunya:

“Sering-sering berbagi agar terhindar dari kesombongan.”

Iya, Pak. Iya….

Beberapa peserta #KampusFiksi12, termasuk aku, juga ngomongin kesan dan pesan selama ada di acara itu. Meski rada absurd, tapi keren kok kesannya. Kalau menurutku, kami sudah kenal selama dua hari. Tapi rasanya dua hari kayak dua menit, karena cepet banget udah mau pisah *di situ saya merasa sedih*. Namun, kesannya itu loh yang serasa udah kumpul dua tahun. Ngerti maksudku, kan?

Penutupan diisi dengan pembagian sertifikat, kartu peserta, dan satu kardus buku. 

Setelah itu, berfoto ria! Ini salah satu momen yang paling seru, berfoto dengan teman-teman untuk mengabadikan kenangan.

Sejak pulang, kami sering ngobrol via WhatsApp. Topiknya random banget, dan yang pasti absurd!

Buat panitia dan teman-teman, aku minta maaf kalau selama acara ada kesalahan. Yang pasti, kalian keren! Semoga makin keren, deh. Aku nggak sabar buat ketemu kalian lagi dan mengulangi momen #KampusFiksi12. Mungkin kita sama-sama ditelan oleh kesibukan masing-masing saat ini, tapi aku harap kita terus saling menyimpan kenangan #KampusFiksi12 di dalam hati masing-masing.

Terima kasih #KampusFiksi12 untuk ilmu, teman-teman baru, dan buku-buku yang bejibun dan sukses bikin diriku kayak habis lari 50 kilometer nonstop begitu ngangkat sampai ke dalam kereta.
Jumlahnya 50 buku lebih.
Sekian.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com