Waktunya curhat.
Jadi, #KampusFiksi
adalah suatu event pelatihan menulis yang diadain oleh
Penerbit Diva Press. Asalkan lolos seleksi, kalian bisa ikut. Biayanya? Gratis!
Cukup bayar tiket perjalanan aja, sih. Sisanya dibayarin, termasuk tempat
tinggal di asrama #KampusFiksi, makan, sampai puluhan buku.
Jujur, awalnya aku nggak
nyangka bisa lolos seleksi #KampusFiksi. Aku yang masih SMA harus bersaing
dengan hampir 900 cerpen lainnya, dengan judul yang keren-keren dan teknik yang
juga pasti lebih kece. Yang ironis, temanku yang ngasih tahu tentang acara ini justru
nggak lolos. Aku jadi ngerasa nggak enak gitu. Awalnya, giliranku di
#KampusFiksi angkatan 20. Tapi, karena kebelet pengin ikut dan kebetulan ada
kursi kosong, aku pun minta pindah ke angkatan 12. Setelah nyelesaikan
prosedur, jadilah aku peserta #KampusFiksi12 tanggal 28-29 Maret 2015!
Sekitar jam dua belas,
kereta merayap dengan mulus, lalu berhenti. Ternyata udah di Stasiun Tugu
Yogyakarta.
Menapak Yogyakarta~ |
Oke, kita lanjut. Selama
setengah jam, aku nungguin di stasiun. Duduk-duduk di kursi kayak bocah hilang.
Asli nggak bohong. Jam satu siang, sopirnya Kampus Fiksi nelpon aku buat nyuruh
ke luar stasiun. Di luar, aku muter-muter nggak jelas nyariin orangnya. Tambah
kayak bocah hilang, nih.
Mendadak, ada mas-mas
yang nyamperin dan langsung nyeletuk, "Peserta Kampus Fiksi, bukan?"
Aku pun bilang iya, dan
langsung masuk ke mobil. Di dalem mobil ada tiga orang: aku, sopir yang
ternyata namanya Mas Kiki, dan Mbak Inraini.
Sampai di sana, udah ada
beberapa orang, termasuk para editor. Aku langsung kenalan sama semuanya. Salah
satu kalimat yang paling aku ingat waktu itu seperti ini, dari Mbak Ve:
"Kelahiran 1998? Wah, itu kan waktu Perancis menang Piala Dunia!" Iya
deh iya.... Sejak itu, banyak juga yang bilang aku unyu-unyu. Idih! Unyu dari
mana, sih? Secara di sekolah aku belum pernah dibilang unyu-unyu.
Hari itu, peserta
#KampusFiksi12 mulai datang satu per satu. Yang aku kenal sejak sebelum
#KampusFiksi12 itu cuma Mbak Alfy, kenalnya dari lomba menulis akhir tahun
lalu. Sisanya? Belum kenal.
Nama
|
Kota Asal
|
Alfy
Maghfira
|
Tasikmalaya
|
Atika
|
Yogyakarta
|
Ayu
Pinaringan Wilujeng
|
Lamongan
|
Ayuningtyas
Kurniawati
|
Tulungagung
|
Christopher
Salim
|
Surabaya
|
Dhinar
Dewi Istini
|
Sukoharjo
|
Eka
Annisa
|
Jakarta
Selatan
|
Fajriatun
Nur Hidayati
|
Banjarnegara
|
Frida
Kurniawati
|
Yogyakarta
|
Hanif
Irhamna Kuswiningtyas
|
Bandung
|
Indiana
Malia
|
Yogyakarta
|
Inraini
Fitria Syah
|
Manado
|
Ismi
Aliyah
|
Bandung
|
Mega
Kahdina
|
Surabaya
|
Putri
Lestari
|
Kudus
|
Rahmat
Fadhilah
|
Padang
|
Rissa
Pradeski
|
Sleman
|
Rizki
Maretia Novi Barus
|
Yogyakarta
|
Serli
Evidiasari
|
Malang
|
Tika
Kurniawati
|
Sleman
|
Tri
Cahyono Fakhri
|
Kudus
|
Ummu
Rahayu
|
Sampit
|
Wawan
Sidik Supranowo
|
Kebumen
|
Peserta #KampusFiksi12
kemarin. Totalnya ada 23. Rahmat Fadhilah ini bisa dibilang peserta termuda.
Dia masih kelas 1 SMA. Aku sendiri peserta termuda kedua, masih kelas 2 SMA.
Peserta yang lain masih kuliah, meski ada juga beberapa yang udah lulus. Pokoknya, background
kami berbeda-beda.
Satu hal yang bikin plot twist di hari kedatangan, aku akhirnya ketemu admin Twitter
Kampus Fiksi. Ceritanya, iseng-iseng tanya ke salah satu orang, "Udah
pernah ikutan tantangan nulis di Twitter?" Ia garuk-garuk kepala, bingung
mau jawab apa. Ketahuan, deh! Astaga, nggak nyangka kalau itu orangnya. Secara
beda banget kalau di Twitter sama di aslinya. Kalau di Twitter galak banget,
padahal aslinya ada sisi ramah.
Lanjut ke hari pertama #KampusFiksii12,
tanggal 28 Maret. Tiap peserta kudu ngenalin diri masing-masing. Entah kena
apes apa, aku disuruh ngomong pertama. Duh, gugup. Belum siap.
Setelah kelar, #KampusFiksi12 resmi dibuka sama Mbak Rina, dengan penyerahan kartu member secara simbolik. Sekitar jam 8.30, kami disuruh untuk brainstorming. Iya, nyari ide untuk outline cerpen dengan tema yang udah ditentuin. Tema kali ini tentang karma. Dalam hati, aku udah mau nyanyi "Pusing Pala Barbie" pelan-pelan. Tapi mengingat waktunya nggak banyak, mending langsung nyari ide cepet-cepet, deh. Akhirnya ide pun jadi, dengan mengambil dua sudut pandang dan tentang air. Cerpennya bakal nyusul dipajang di blog, ya.
Setelah kelar, #KampusFiksi12 resmi dibuka sama Mbak Rina, dengan penyerahan kartu member secara simbolik. Sekitar jam 8.30, kami disuruh untuk brainstorming. Iya, nyari ide untuk outline cerpen dengan tema yang udah ditentuin. Tema kali ini tentang karma. Dalam hati, aku udah mau nyanyi "Pusing Pala Barbie" pelan-pelan. Tapi mengingat waktunya nggak banyak, mending langsung nyari ide cepet-cepet, deh. Akhirnya ide pun jadi, dengan mengambil dua sudut pandang dan tentang air. Cerpennya bakal nyusul dipajang di blog, ya.
Brainstorming kelar, masih ada penjelasan tentang teknik
kepenulisan. Pak Edi yang merupakan CEO Diva Press bagiin teknik-teknik tentang
kepenulisan secara lengkap, mulai dari alur, penokohan, konflik, ending, dan lain-lain. Banyak banget! Beberapa
penjelasan membekas banget di pikiranku, di antaranya:
"Bebaskan kata dari
makna."
"Buatlah outline sebelum menulis."
Masih ada banyak lagi.
Pokoknya, acara itu diteruskan dengan sesi ishoma. Jam 13.00, acara dilanjutkan
dengan sesi praktik menulis cerpen bersama mentor. Ini yang aku tunggu-tunggu!
Kapan lagi bisa diskusi sama para editor Diva Press? Kelompokku dimentorin sama
Mbak Ayun, editor yang udah pernah nerbitin novel yang berjudul “Hamdim Pistim
Yandim”. Intinya, outline cerpen yang sudah kami buat harus dibuat dalam
bentuk cerpen utuh dengan durasi 3 jam.
Jam 16.00, tulisan sudah
jadi semua. Kelihatan jelas kalau wajah para peserta lega banget, habis
nyelesaiin cerpen dalam sekali duduk. Aku juga lega, soalnya nggak pernah
nyelesaiin cerpen dalam sekali duduk. Lalu, ishoma lagi~
Waktu istirahat,
mendadak ada yang ngajakin aku foto bareng. Aku membatin, "Siapa sih orang
ini? Kok rasanya bukan peserta #KampusFiksi12, ya?" Nah, sejak itu aku
sering dijodoh-jodohin sama orang itu. Astaga.
Benar aja, memang bukan.
Namanya Mbak Mini GK, yang merupakan alumni #KampusFiksi. Tugas Mbak Mini apa? Promosi buku-bukunya Ngajak kami semua diskusi tentang kepenulisan. Yang aku inget dari
kata-katanya, "Buatlah kalimat seksi." Apaan coba?! Lol. Tapi keren
banget kok kalimat seksi itu, bisa memukau pembaca. Selebihnya, beliau nyetel
film pendek yang isinya quotes-quotes dari novel terbarunya: "Pameran Patah
Hati". Tuh kan, promosi juga akhirnya.
Setelah itu, evaluasi
cerpen satu per satu. Cerpen kami yang masih bolong-bolong dibedah secara
lengkap. Untuk cerpenku, masih ada kesalahan pembagian letak konflik, logika setting, dan judul. Mukaku rasanya panas
waktu denger apa aja yang kurang, saking malunya. Tapi nggak masalah, aku suka
kalau belajar dari kekurangan.
Hari kedua, para peserta
udah mulai nggak jaim. Buktinya, suasana acara jauh lebih cair. Mulai dari
materi keredaksian, pasar buku di Indonesia, self-editing, evaluasi cerpen, sharing tips menulis, sampai bimbingan
online.
Pembicara buat materi
keredaksian ini namanya Mbak Munnal. Pokoknya, di sini dibahas tentang gimana
sih kriteria naskah yang layak dikirim ke Diva Press. Baru aja ngajuin satu
pertanyaan, seruangan langsung kayak guntur. Duh, apa salah gue? Lol.
Untuk sesi pasar buku, Mas
Aconk pembicaranya. Ini sampai membuat kami sadar kalau idealisme nggak bisa
selalu menang. Harus perhatiin pasar juga. Selain itu, dijelaskan juga kalau
tiap buku punya target jumlah jual masing-masing. Kalau nggak memenuhin, ya best-seller. Best-seller di gudang maksudnya.
Masih ada sesi “pura-pura
jadi editor”. Mbak Ajjah ngajarin kami untuk melihat keutuhan cerita waktu
ngedit, nggak cuma terlalu fokus di tanda baca dan diksi. Baru tahu.
Setelah itu, ada sesi
evaluasi cerpen oleh Pak Edi sendiri. Cerpen terbagus dari semua peserta
#KampusFiksi12 saat nulis 3 jam kemarin jatuh pada “Kecoak Tak Berguna?” yang
ditulis oleh Mbak Frida. Waktu baca cerpen itu di layar, aku nggak kaget kalau
itu kepilih. Diksinya keren! Twist-nya
juga ada. Temanya juga unik.
Hari ini, mungkin kami
termasuk orang yang beruntung. Iya, siang itu #KampusFiksi12 kedatangan tamu spesial.
Namanya Agus Noor. Beliau itu cerpenis yang udah kondang, walaupun aku baru aja
denger. Di sini, tips-tips yang unik dibagikan, misalnya:
“Pikirkan apa yang orang lain tidak pikirkan.”
“Buatlah karakter yang
unik dulu. Setelah itu, ciptakan alur berdasarkan karakter tadi.”
Pokoknya, setelah itu
kami foto bareng Pak Edi dan Pak Agus Noor. Kesempatan langka banget.
Yak, lanjut ke materi
terakhir! Bimbingan online ini disampaikan oleh Mbak Rina. Judulnya udah jelas.
Peserta yang memang minat ikut bimbingan via surel harus mengirimkan tema,
outline, sinopsis, dan bab 1. Kalau di-acc,
silakan menulis sampai tuntas dengan bantuan Mbak Rina. Deadline bimbingannya 4 bulan. Nggak ada batasan waktu kapan mau
mengirim. Asalkan alumni #KampusFiksi, sah-sah aja buat ikut.
Oke, materi selesai.
Waktu istirahat ini, rasanya kegilaan peserta #KampusFiksi12 mulai klimaks. Mulai
berani selfie sebanyak-banyaknya
sampai beberapa lupa mandi! Lol.
Selain itu, aku juga masih inget kata-kata Mas Trice dan Mbak Rizma, kurang lebih kayak gini:
Selain itu, aku juga masih inget kata-kata Mas Trice dan Mbak Rizma, kurang lebih kayak gini:
“Mumpung masih SMA,
nakal aja ndak papa. Soalnya masa SMA itu nggak bakal terulang lagi.”
Yah, ada benernya juga.
Pokoknya, kami ngobrol
dengan topik random gitu. Suasana
udah cair banget. Rasanya kayak udah lama kenal.
Ada satu lagi. Setelah foto-foto, aku ketemu dengan alumni Kampus Fiksi angkatan pertama yang namanya Dimas Joko. Pria asal Jogja ini udah berpengalaman banget menulis, termasuk masuk 10 besar GWP Batch 2 di awal tahun 2015. Aku akuin, gaya nulisnya yang nyastra emang kece. Kami ngobrol tentang banyak hal. Banyak juga yang bisa kupelajari dari beliau.
Ada satu lagi. Setelah foto-foto, aku ketemu dengan alumni Kampus Fiksi angkatan pertama yang namanya Dimas Joko. Pria asal Jogja ini udah berpengalaman banget menulis, termasuk masuk 10 besar GWP Batch 2 di awal tahun 2015. Aku akuin, gaya nulisnya yang nyastra emang kece. Kami ngobrol tentang banyak hal. Banyak juga yang bisa kupelajari dari beliau.
Tinggal penutupan aja.
Pak Edi bicara panjang lebar. Makna kalimat-kalimatnya dalem banget, sampai
rasanya kata-kata itu udah dipaku di otakku. Salah satunya:
“Sering-sering berbagi
agar terhindar dari kesombongan.”
Iya, Pak. Iya….
Beberapa peserta #KampusFiksi12,
termasuk aku, juga ngomongin kesan dan pesan selama ada di acara itu. Meski
rada absurd, tapi keren kok kesannya.
Kalau menurutku, kami sudah kenal selama dua hari. Tapi rasanya dua hari kayak
dua menit, karena cepet banget udah mau pisah *di situ saya merasa sedih*.
Namun, kesannya itu loh yang serasa udah kumpul dua tahun. Ngerti maksudku,
kan?
Penutupan diisi dengan
pembagian sertifikat, kartu peserta, dan satu kardus buku.
Setelah itu, berfoto ria! Ini salah satu momen yang paling seru, berfoto dengan teman-teman untuk mengabadikan kenangan.
Setelah itu, berfoto ria! Ini salah satu momen yang paling seru, berfoto dengan teman-teman untuk mengabadikan kenangan.
Sejak pulang, kami
sering ngobrol via WhatsApp. Topiknya random
banget, dan yang pasti absurd!
Buat panitia dan
teman-teman, aku minta maaf kalau selama acara ada kesalahan. Yang pasti,
kalian keren! Semoga makin keren, deh. Aku nggak sabar buat ketemu kalian lagi
dan mengulangi momen #KampusFiksi12. Mungkin kita sama-sama ditelan oleh kesibukan
masing-masing saat ini, tapi aku harap kita terus saling menyimpan kenangan
#KampusFiksi12 di dalam hati masing-masing.
Jumlahnya 50 buku lebih. |
Sekian.