Friday, April 22, 2016

Lelucon yang Dibenci Para Jomblo

0

Hanya di Indonesia, kita bisa menjumpai adanya jurang yang besar antara orang-orang yang sudah punya pacar dan yang belum punya pacar. Hanya di Indonesia, kita bisa mendengar adanya cemoohan bagi para jomblo (jomlo di KBBI, namun kita pakai istilah populer saja). Hanya di Indonesia, kita bisa merasakan kegalauan dan kekosongan hati para jomblo yang diekspresikan di media sosial ataupun curhatannya.

Saya punya banyak teman yang jomblo, dan mereka sering diejek juga. Mentang-mentang sudah punya pacar, terus ngejek yang nggak punya. Mentang-mentang punya rumah, ngejek mereka yang nggak punya. Itu mah sombong namanya. Habis itu, yang jomblo pasti bilang, "Halah, jodoh nggak akan ke mana-mana! Lihat aja!"

Wajar sih ekspresi para jomblo jadi sepet, lah kadang-kadang bercandaan para orang yang "pernah jomblo" itu nggak masuk akal. Ya, jadi langsung saja saya sebutkan beberapa lelucon yang dibenci para jomblo:


  • "Truk aja punya gandengan, masa kamu nggak?"
Dengan logika kayak gitu, kamu (baca: yang pernah jomblo tapi sekarang nggak) membandingkan dirimu dan pasanganmu sendiri dengan truk, dong! Memangnya ada ya manusia yang mau disandingkan dengan benda mati?

  • "Jomblo mah seringnya doa supaya hujan di malam minggu."
Wah, ini generalisasi yang ngawur. Ya mungkin ada yang seperti itu, tapi para jomblo nggak selalu gitu, kok. Kebanyakan dari kumpulan jomblo malah doa minta pasangan yang pantas. Atau mungkin jomblo berusaha meningkatkan kualitas diri, seperti kerja paruh waktu atau belajar.

  • "Jomblo tuh kasian waktu malam minggu."
Siapa bilang? Jomblos do have friends, dude. Sori, jomblo nggak se-ngenes itu, masa udah nggak punya pacar, nggak punya teman juga. Jadi, selain meningkatkan kualitas diri, jomblo juga bisa memperluas pergaulan, ya dengan jalan-jalan sama teman ini. Daripada situ, jalannya sama pacar saja. *mampus kena skak*

  • "Nggak apa-apa belum punya pacar, Mblo, masih ada sabun kok."
Maksud L?

Jadi, secara nggak langsung, kamu para taken berkata bahwa cara "menyenangkan kebutuhan biologis" bagi yang sudah punya pacar adalah "ena-ena dengan pacar". Lah, ngapain yang udah punya pacar pakai sabun, kan lebih enak pakai pacar sendiri. Gitu kan logikanya?

Kesalahan pertama, kamu sih kebanyakan yang bilang gitu masih bocah SMP atau SMA, tapi sudah pengin enak-enak sama pacar? Sini saya tendang kamu sampai pusing tujuh galaksi. Kalau hamil, terus terpaksa nikah muda, rasain tuh nasib.

Kesalahan kedua, there's nothing wrong with sabun-ing. Hampir semua orang di dunia ini pernah... ya begitu.

  •  "Jomblo ngenes."
Ini yang paling populer dan sekaligus paling dibenci para jomblo. Dengan berkata demikian, berarti kalian berkata bahwa setiap orang perlu orang lain untuk jadi nggak ngenes. Otherwise, kamu akan ngenes seumur hidup.

Kenyataannya nggak seperti itu!

Jomblo justru yang lebih mandiri karena tetap bisa meningkatkan kualitas diri dan memperluas pergaulan meskipun nggak ada pacar di sisinya.

No woman/man, no problem!

Thursday, April 21, 2016

Pembuktian 1 = 2

0

Ada satu pertanyaan matematika yang sangat menarik: bisakah sebuah bilangan n sama dengan bilangan lain, misalnya 2n?

Jawabannya adalah bisa saja!

Pada post ini, kita akan mencoba membuktikan dengan konsep aljabar sederhana bahwa 1 = 2. Prinsip yang akan digunakan bisa diterapkan untuk membuktikan semua bilangan asli n sama dengan bilangan 2n. Mungkin proses yang akan digunakan sedikit aneh, namun pada akhirnya para pembaca akan terkejut dengan hasil akhirnya.

Kita mulai!

  1. Misalkan saja n = 1. Tentu saja satu sama dengan satu, dong. Jadi, kita bisa tulis n = n.
  2. Kuadratkan kedua ruas.
  3. Kurangkan kedua ruas dengan n kuadrat.
  4. Pada ruas kiri, keluarkan n. Sedangkan, pada ruas kanan, gunakan sifat (a+b)(a-b) yang sudah diajarkan di aljabar SMP.
  5. Coret yang sama.
  6. Maka ketemu n = 2n
Ini dia penggambaran lengkapnya:
Coba deh tebak, bagian mana yang salah?

Pada baris kedua dari terakhir, kita membagi kedua ruas dengan n-n. Nah, sedangkan n-n sendiri pasti sama dengan nol. Maka, secara tidak langsung, kita membagi kedua ruas dengan nol. Hal ini membuat hasilnya menjadi tidak terdefinisi, karena setiap bilangan yang dibagi nol adalah tidak terdefinisi. Jadi, bisa disimpulkan kalau pembuktian ini tidak valid.

Hal ini disebut sebagai kekeliruan matematika atau mathematical fallacy, yaitu pembuktian dengan prinsip yang salah. Lucunya, prinsip ini tertutupi, sehingga kesalahan ini nggak terlihat secara sekilas. Contohnya ya pembagian dengan nol di atas, namun tertutupi dengan penulisan aljabar n-n, sehingga kita lupa bahwa n-n sama dengan nol.

Kesimpulan akhirnya adalah: 1 tidak sama dengan 2.

Wednesday, April 20, 2016

Surat untuk Diriku

0

Hai, ini aku, dirimu yang sudah berubah. Aku bukan seperti dulu, bukan orang yang membenci dirinya sendiri seperti beberapa tahun silam. Bukan pula orang yang terombang-ambing dalam kenggakjelasan siapa dirinya dan mengapa dirinya dilahirkan. Kuharap kabarmu baik-baik saja dan kamu bisa meluangkan sedikit waktu untuk membaca surat ini. Bukan maksudku untuk menggurui, namun bacalah sebentar saja. Aku ingin berbagi sedikit cerita denganmu.

Hidup itu nggak berarti… sampai kamu memberinya makna.

Pada awal masa SMA, mungkin kamu merasa bangga karena bisa mengenakan seragam putih abu-abu. Percayalah, aku juga merasakannya dulu. Nggak ada perasaan yang dapat mengalahkannya. Kamu berpikir semuanya akan baik-baik saja selama SMA.

Namun, kenyataannya lain. Kamu bingung bagaimana menjalani masa SMA. Di kelas, kamu sekadar mengikuti pelajaran dari guru, nggak lebih. Kamu mencari kesenangan semata dengan teman sekelompokmu di kelas, nggak peduli dengan hari esok. Dan terbuanglah sudah satu tahun awal yang berguna tersebut.

Sampai akhirnya waktu pemilihan jurusan di kelas sebelas, dan kamu harus memilih antara jurusan yang diminati teman-temanmu dan jurusan yang kamu sukai. Seperti terbentang dua jalan di depanmu: mengikuti kata hatimu atau kata orang-orang. Mulailah pikiranmu melayang ke mana-mana, bingung membuat keputusan. Dilema.

Sekarang, yang ingin aku katakan adalah masa SMA nggak sesepele itu, temanku. Ini tempatmu mencari arti dirimu dan siapa kamu sebenarnya. Mungkin kamu berpikir bahwa kamu hanyalah seonggok campuran sel telur dan sel sperma yang bertambah besar. Nggak, bukan begitu. Ketika kamu melakukan hal yang berguna, jati dirimu akan muncul ke permukaan, dan kamu akan berpikir, “Wah, aku berbeda!”

Jadi, jangan sia-siakan.

Kegagalan itu pasti terjadi, tapi menganggapnya sebagai sebuah kegagalan adalah pilihan.

Di suatu titik, mungkin kamu merenungi hal yang sama persis dengan tulisan ini. Akhirnya, kamu memutuskan untuk mencoba hal-hal yang baru di luar sana. Berbagai kegiatan seperti organisasi sekolah, lomba akademik, dan lain-lain nggak lupa kamu ikuti. Kamu berharap semuanya akan berjalan dengan mulus.

Tetapi, semuanya berakhir dengan kegagalan. Kamu ditolak, kamu kalah, kamu tersingkir. Mereka mulai mengejekmu karena mereka merasa kamu bukanlah seseorang yang spesial. Kamu bukan siapa-siapa. Kata-kata mereka merasuk ke dalam hatimu dan kamu menganggap memang dirimu yang salah. Hatimu tergores, tetapi nggak berdarah. Kamu terjatuh, dan seperti nggak ada tanda-tanda kamu akan mendarat. Kamu merasa nggak dilahirkan untuk menjadi pemenang dan orang sukses. Orang-orang lain mulai kamu bandingkan dengan dirimu sendiri.

“Kenapa dia lebih ganteng?”

“Kenapa dia multitalent?”

“Kenapa dia seperti nggak pernah gagal dalam hidupnya, sedangkan aku selalu gagal?”

Begini, kegagalan pasti terjadi pada setiap manusia cepat atau lambat. Thomas Alva Edison selalu gagal sebelum dia akhirnya berhasil mematenkan bola lampu. Apakah dia merasa gagal? Nggak! Dia hanya menganggap caranya belum tepat dan perlu diperbaiki. Apa yang terjadi ketika dia menganggap itu adalah sebuah kegagalan pada percobaan pertama dan nggak mau belajar lagi?

Hidup memang kejam, namun itu terserah kamu untuk menganggap kegagalan adalah sebuah kegagalan. Kamu bisa gagal satu kali saja. Tetapi, jika kamu menganggap kegagalan adalah beban, pada percobaan pertama pun kamu akan menyerah. Kegagalan ada untuk dipelajari, bukan untuk diratapi. Semakin sering kamu merasakan kegagalan dan belajar darinya, semakin cepat kamu dewasa.

He who has never failed somewhere, that man cannot be great. Failure is the true test of greatness.” – Herman Melville.

Kita nggak bisa menyenangkan semua orang.

Oke, mungkin kamu sudah move on dari kegagalan di masa lalu. Masalahnya, mereka masih ada. Mereka yang setia menamparmu dengan kegagalanmu sendiri. Mereka yang bermulut tajam dan berkata, “Yah, udah nggak lolos ini, nggak lolos itu juga.” Mereka yang nggak akan mengerti ketika kamu balas dengan dalil atau nasihat. Dan kamu mulai berpikir bagaimana caranya membuat mereka menyukai kamu. Kamu berpikir masalahnya ada pada kamu, dan kamu memang belum menjadi manusia yang berkualitas.

Lalu, bagaimana caranya? Nggak perlu mencoba hal seperti itu. Sia-sia. Sebaik-baiknya malaikat, masih ada setan yang membencinya. Sebaik-baiknya manusia, pasti ada yang nggak suka. No matter what we do, people will always have something to say. Kamu nggak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Ketika waktumu terbuang untuk meladeni mereka yang membencimu, waktumu untuk bergaul dengan orang yang menyukai kamu akan semakin tipis. Jadi, tetaplah berbuat yang terbaik dan abaikan mereka. Hidupmu itu sebuah sandiwara. Kamu sebagai pemeran utama dan orang lain hanya sebagai penonton. Yang masalah bukanlah apa kata penonton, namun mengapa kamu berhenti berakting karena gentar dengan segelintir penonton itu.


Percayalah, aku sudah melalui hal-hal tersebut. Sekarang giliranmu untuk merenungkan hal tersebut.

Tuesday, April 19, 2016

Apa Itu Hukum Newton?

0

Seseorang pernah berkata pada saya, 

"Fisika itu pelajaran hitung-hitungan!"

"Rumusnya banyak!"

Well, saya nggak mau bilang dia salah. Tapi, dia juga nggak sepenuhnya benar. Fisika memang penuh dengan rumus matematis, karena Matematika sendiri adalah bahasa Fisika. Tetapi, yang paling penting dari Fisika sendiri adalah....

Konsep.

Tanpa konsep, nggak akan ada rumus-rumus yang kita pusingkan sekarang. Tanpa konsep, nggak akan ada penjelasan tentang fenomena alam lainnya. Tanpa konsep, Fisika hanya jadi pelajaran yang nyaris nggak ada bedanya dengan Matematika.

Kita masuk ke satu contoh bab. Sebut saja tentang Hukum Newton. Rumusnya memang cuma satu: F = ma. Beres. Kayaknya, dengan menguasai rumus itu, kita juga sudah menguasai Hukum Newton dan bab yang berkaitan dengan dinamika gaya lainnya.

Salah besar!

Definisi "paham"-mu belum bisa dibilang paham kalau kamu belum bisa jawab pertanyaan ini:
  1. Mengapa besar percepatan berbanding terbalik dengan massa?
  2. Ketika mobil mengerem mendadak, ke arah manakah sebuah benda akan jatuh?
  3. Jika terdapat gaya luar sebesar 100 Newton dan gaya gesek sebesar 100 Newton juga, apakah keduanya termasuk sepasang gaya aksi-reaksi?
  4. Apakah benda bisa mengerjakan gaya pada dirinya sendiri?
Di sinilah konsep benar-benar diperlukan. Jadi, Fisika bukan sekadar rumus yang harus dihafal!

Mari kita bahas tentang Hukum Newton alias hukum yang mempelajari tentang gerak. Saya jelaskan menurut pengetahuan saya.

HUKUM I NEWTON

Zaman dulu, orang-orang mengira bahwa benda yang bergerak memiliki kecenderungan untuk berhenti pada suatu titik, misalnya saja bola yang ditendang. Setelah beberapa lama, bola itu akan melambat dan akhirnya berhenti. 

Namun, Galileo Galilei menentang pendapat tersebut. Beliau mencetuskan bahwa sebenarnya benda memiliki kecenderungan untuk menentang perubahan gerakan, yang sekarang kita kenal sebagai kelembaman atau inersia.

Kemudian, berdasarkan argumen Galileo, Isaac Newton mematenkan suatu teori yang kita gunakan hingga sekarang. Isinya kurang lebih seperti ini:

Jika tidak ada gaya luar yang bekerja, benda akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan.

Salah satunya adalah gerak satelit di luar angkasa. Satelit tidak mengalami gaya yang searah dengan kecepatan (gaya yang dialami hanyalah gaya sentripetal yang tegak lurus dengan arah kecepatan). Oleh karena itu, satelit hanya mengorbit dengan kecepatan konstan.

Contoh yang kedua adalah ketika mobil mengerem mendadak, kita akan terdorong ke depan. Mengapa? Karena tubuh kita punya kecenderungan mempertahankan keadaan asalnya, yaitu bergerak ke depan. Ketika mobil mengalami perlambatan secara tiba-tiba, kita masih bergerak ke depan. Oleh karena itu, kita terdorong ke depan.

Berdasarkan teori tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1.  Hukum I Newton sebenarnya menjelaskan apa yang terjadi ketika tidak ada gaya luar yang bekerja, bukan ketika resultan atau total gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol. Ya, memang, pada akhirnya formula sigma F = 0 akan digunakan dalam kondisi tertentu.
  2. Dapat dikatakan bahwa semakin besar massa, inersia benda tersebut semakin besar. (Bukan momen inersia!)
  3. Berdasarkan prinsip ini, benda tidak bisa mengerjakan gaya pada dirinya sendiri, karena sifat alami benda yaitu tetap mempertahankan keadaannya. Seandainya benda bisa mengerjakan gaya pada diri sendiri, benda itu akan mengalami percepatan dan mengubah geraknya sendiri. Memang, ada gaya antarpartikel di dalam suatu benda, namun gaya-gaya tersebut saling meniadakan sehingga resultannya nol.
HUKUM II NEWTON

Hukum Newton ini menjelaskan tentang benda yang sedang bergerak dengan percepatan konstan.

Sekarang, coba pikirkan, ada sebuah balok bermassa 10 kilogram, lalu didorong dengan gaya konstan 50 N. Yang kedua, dengan balok yang sama, cobalah dorong dengan gaya sebesar 100 N. Mana yang lebih mudah bergerak atau mulai mengalami percepatan? Tentu gaya yang 100 N! Kita bisa menyimpulkan bahwa besar percepatan berbanding lurus dengan besarnya resultan gaya.

Yang kedua, dengan besar gaya yang sama, kita dorong satu balok bermassa 10 kg dan satu balok lain bermassa 30 kg. Mana yang lebih mudah bergerak? Tentu yang 10 kg. Hal ini sesuai dengan Hukum I Newton. Besar percepatan berbanding terbalik dengan massa benda. Semakin besar massa suatu benda, semakin susah benda tersebut untuk bergerak.

Itulah asal-usul rumus yang kita kenal sekarang: sigma F = ma.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Rumus "ma" menyatakan resultan gaya yang bergerak pada arah tertentu. Jadi, misalkan ada gaya dorong (F) dan gaya gesek (fg) pada suatu balok, maka yang benar adalah F-fg = ma, bukan F = ma. Rumus ini harus diperlakukan untuk sistem.
  2. Rumus ini hanya bisa diperlakukan untuk benda yang mengalami percepatan konstan. Jika percepatan berubah selama selang waktu tertentu, harus diselesaikan menggunakan pendekatan kalkulus.
  3. Rumus ini berlaku jika massa konstan. Jika massa berubah, misalkan pada peristiwa fusi atau fisi, rumus ini tidak bisa digunakan.
  4. Rumus ini berlaku jika kecepatan benda jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya. Jika benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, kita harus menggunakan konsep Relativitas Einstein untuk menjelaskan gerak benda ini.
  5. Bersesuaian dengan Hukum I Newton dan Hukum II Newton, gaya adalah pemicu perubahan gerak benda, bukan yang membuat benda bergerak. Jika tidak ada gaya, benda masih bisa bergerak dengan percepatan konstan. Pertanyaannya, apakah benda bisa bergerak tanpa gaya apa pun? Bisa, tapi percepatannya pasti nol.
HUKUM III NEWTON

Suatu gaya memiliki pasangannya. Gaya yang dikerjakan ini disebut gaya aksi, dan gaya yang timbul akibat gaya aksi ini disebut gaya reaksi. Oleh karena itu. sepasang gaya tersebut dinamakan gaya aksi-reaksi.

Hal-hal yang harus diperhatikan:
  1. Gaya aksi-reaksi besarnya sama dan arahnya berlawanan.
  2. Gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada benda yang berbeda.
Misalkan saja kita memukul tembok, lalu kita merasa kesakitan. Mula-mula, tangan kita mengerjakan gaya aksi pada tembok. Kemudian, tembok tersebut mengerjakan gaya reaksi kepada tangan kita. Gaya aksi bekerja pada tembok dan gaya reaksi bekerja pada tangan. Kedua gaya bekerja pada dua benda yang berbeda. Oleh karena itu, peristiwa ini memenuhi Hukum III Newton.

Selanjutnya, ada suatu buku di atas tanah. Buku mengerjakan gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik pada Bumi, dan gaya reaksinya adalah Bumi mengerjakan gaya gravitasi pada buku. Jadi, sebenarnya Bumi tertarik karena gaya gravitasi antara Bumi dan buku, hanya saja percepatannya sangat kecil sehingga kita tidak dapat merasakan pergerakan Bumi.

Sebenarnya, Hukum Newton ini nyaris nggak ada rumus. Hanya saja, kita perlu menguasai konsep agar dapat menjelaskan keadaan sehari-hari.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com